Jalan-jalan atau berwisata, saat ini telah menjelma sebagai kebutuhan dasar seseorang. Setelah 5 dari 7 hari yang ada dalam seminggu terpakai untuk bekerja ataupun menjalani rutinitas yang penat, akhir pekan atau weekend sering dimaksimalkan seseorang untuk refreshing. Nah, untuk kalian yang berasal dari Jakarta atau sekitarnya sama seperti aku, ataupun yang tinggal dekat Wonosobo, ini daerah yang dapat aku rekomendasikan kepada kalian; Dataran Tinggi Dieng.
Cara mencapai nya:
Untuk kalian yang berasal dari Jakarta sekitarnya, lebih mudah kalian menggunakan Bus walaupun harus bersabar dalam perjalanan sekitar 8 jam. Banyak armada yang menawarkan trayek menuju Wonosobo, seperti Sinar Jaya, Karunia Bakti, Dieng Indah, DMI, dll. Jika kalian naik dari Kampung Rambutan, ongkos yang harus dikeluarkan untuk sekali jalan berkisar 110rb menggunakan Sinar Jaya (harga lebaran 2018 lalu), biasanya berbeda 10-20rb dengan armada Karunia Bakti dimana terdapat fasilitas toilet di dalam bis nya dan tiap penumpangnya mendapat makan.
Jika kalian ingin naik kereta, kalian dapat berhenti di St.Purwokerto. Tapi, kalian harus melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju Wonosobo juga.
Setelah mencapai Wonosobo ataupun sedari awal naik bus, beritahu kepada supir atau kenek untuk nantinya diturunkan di Plaza Wonosobo. Setelahnya, perjalanan dilanjutkan menggunakan elf menuju kawasan dieng dengan ongkos 20rb.
Destinasi Wisata yang ada:
Gunung Prau
Gunung ini mempunyai ketinggian 2665mdpl. Untuk mencapai lokasi ini, turunlah di daerah Patak Banteng, jalur umum yang digunakan para pendaki. Tiket masuk dikenakan Rp.10.000/orang/malam, jadi... jika ingin bermalam satu malam atau melakukan perjalanan 2 hari 1 malam, satu orang nya hanya dikenakan 10rb.
Untuk menggapai puncaknya, dibutuhkan waktu kurang lebih 3jam sesuai fisik masing-masing. Jalur yang akan dilalui berupa; pundakan tangga, tanah berpasir serta berakar yang terus menanjak. Aktivitas yang dapat kita lakukan pun beragam, mulai dari trekking, hammocking, camping, hingga menyaksikan sunrise & sunset serta view Gunung Sindoro-Sumbing dan dataran tinggi Dieng dari ketinggian.
Kompleks Candi Arjuna
Memiliki luas sekitar 1 hektare, di kompleks ini terdapat lima bangunan candi, yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Tiket masuk ke kompleks candi ini sebesar Rp10.000. Selain Candi Semar, keempat candi lain merupakan candi utama yang digunakan sebagai tempat bersembahyang. Secara garis besar, keempat candi utama di kompleks ini memiliki ornamen yang sama. Di setiap candi, dapat ditemukan; penil (ornamen pada bagian tangga, seperti pegangan), kala (wajah raksasa tanpa rahang bawah yang terdapat di bagian atas pintu), makara (diletakkan di sisi-sisi pintu dan dipercaya mampu mengusir kejahatan), jalatmara (saluran air untuk mengalirkan air dari bagian dalam candi ke salah satu sisi), istadewata (terdapat pada bagian atas candi dan dipercaya sebagai tempat masuknya pada dewa), serta antefik (ornamen yang terdapat di bagian ujung tiap sisi). Selain itu, di setiap candi, dapat ditemukan diksa (jalur bagi umat untuk mengelilingi candi sebelum masuk ke area candi utama).
Candi Arjuna, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra merupakan candi yang dibuat untuk menyembah Dewa Syiwa. Sementara, Candi Srikandi dibangun untuk menyembah trimurti (tiga dewa) yaitu Syiwa, Brahma, dan Wisnu. Berkunjung ke Kompleks Candi Arjuna, Anda tidak akan menemukan arca yang biasanya menghiasi bangunan candi. Anda hanya akan melihat ruang-ruang kosong yang biasanya dijadikan tempat meletakkan arca.Sebagian besar arca yang berasal dari kompleks candi ini disimpan di Museum Kailasa, yang letaknya tidak jauh dari kompleks candi. Sementara, sebagian yang lain sudah hilang.
Kompleks Candi Arjuna biasa digunakan sebagai tempat pelaksanaan Galungan. Selain itu, kompleks ini juga biasa digunakan saat festival tahunan Dieng Culture Festival dimana tahun ini telah menjalani tahun ke-9. Festival tersebut biasanya berlangsung 3hari secara berurut dimana terbagi dalam beberapa rentetan acara seperti; Prosesi Pemotongan Rambut Gimbal, Bersih Candi, Jazz Diatas Awan dan diakhiri Festival Lampion.
Kawah Sikidang
Sesampainya di pintu masuk Kawah Sikidang, kita tinggal menyodorkan saja tiket yang sebelumnya sudah dibeli di kompleks Candi Arjuna. Kawah sikidang merupakan kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa).
Disini, banyak sekali spot selfie yang ditawarkan, beberapa ada yang gratis namun ada juga yang bayar dengan ketentuan berapa kali take ataupun selama berapa menit. Selain itu, kita juga bisa menyewa motor trail ataupun menunggangi kuda disini.
Museum Kaliasa
Museum ini menyimpan berbagai hal yang berkaitan dengan Dieng. Mulai dari sejarah, catatan kehidupan masyarakat, kebudayaan, sistem kepercayaan, hingga flora dan fauna. Museum Kailasa buka setiap hari dari jam 07.00 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB. Tiket masuk ke tempat ini Rp5.000 per orang.
Masuk ke dalam bangunan ini, pengunjung akan menemukan berbagai arca, mala, makara, kemuncak atau atap candi, lingga dan yoning, tungku untuk menaruh sesaji, nandi atau tunggangan Dewa Syiwa dan Dewi Durga yang bertubuh singa dan berkepala sapi, mahakala, batu penutup, kinara kinari (mahluk khayangan), dan siva trisirah atau Dewa Syiwa yang memiliki tiga wajah. Di bangunan ini juga disajikan informasi mengenai keragaman kesenian dan kebudayaan yang tumbuh di masyarakat Dieng, dan perihal anak berambut gimbal.
Dieng Plateau Theater
Mengetahui namanya saja, kita pasti tahu apa yang dapat kita lakukan disini. Berbeda dengan Museum Kaliasa, disini kita dapat menyaksikan sebuah film tentang Dataran Tinggi Dieng, mulai dari sejarah, kondisi geografis, budaya, serta hal-hal lain. Selama 23 menit durasi film, pengunjung akan dikenalkan pada Dataran Tinggi Dieng dan masyarakat yang bermukim di kawasan ini. Sehingga, ketika akan berkeliling menikmati pesona alam Dataran Tinggi Dieng serta mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di kawasan ini, pengunjung sudah memiliki bekal pengetahuan.
Tempat ini diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 April 2006. Dieng Plateau Theater beroperasi dari jam 07.00 WIB hingga sekitar jam 18.00 WIB. Dengan membayar tiket sebesar Rp4.000, setiap pengunjung akan dibawa masuk ke dalam sebuah ruang yang mampu menampung sekitar 100 orang.
Tepat di depan lokasi ini, terdapat wahana flying fox yang katanya tertinggi di ASEAN. Dengan membayar 35ribu, pengunjung dapat menikmati wahana tersbut termasuk jasa ojek yang akan mengantarkan pengunjung kembali ke lokasi Dieng Plateau Theater.
Batu Ratapan Angin
Batu Ratapan Angin disebut juga dengan nama Batu Pandang Dieng atau Batu Pandang Telaga Warna. Obyek wisata ini berupa dua buah batu yang bertumpuk di atas sebuah bukit di area Telaga Warna Dieng sehingga saat kita sedang menapaki batu tersebut, kita dapat melihat Telaga Warna dari ketinggian. Banyak orang yang penasaran mengapa obyek wisata Batu Pandang ini disebut Batu Ratapan Angin. Untuk mengetahuinya sebenarnya kita cukup datang langsung ke obyek tersebut dan menikmati hembusan anginnya. Posisi batu yang tinggi dan dikelilingi oleh pepohonan dan semak belukar menghasilkan bunyi yang unik. Angin yang berputar dan menghembus daun-daun pepohonan menghasilkan bunyi gemerisik halus seperti siulan dan ratapan. Konon bunyi inilah yang membuat obyek wisata Batu Pandang Telaga Warna ini dinamai Batu Ratapan Angin.
Lukisan alam Telaga Warna yang unik bersandingan dengan Telaga Pengilon berlatar belakang perbukitan dan pegunungan hijau menjadi spot incaran wisatawan begitu menawan jika dilihat dari atas Batu Ratapan Angin. Udara sejuk di atas bukit juga mendamaikan batin. Perbedaan warna Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang sangat mencolok menjadikan telaga kembar ini terlihat unik dari atas. Walaupun berdampingan, permukaan Telaga Pengilon yang jernih bagai cermin tak terpengaruh oleh warna-warna permukaan Telaga Warna. Tidak heran obyek wisata ini menjadi favorit para pecinta fotografi, baik untuk foto seni maupun foto selfie.
Jika sebelumnya di Dieng Plateau ada wahana Flying Fox tertinggi di ASEAN, disini wahana Flying Fox seharga 20.000 merupakan yang terpanjang di ASEAN. Letaknya juga dekat dengan Dieng Plateau Theater. Kita bisa memarkirkan kendaraan di Dieng Plateau Theater sebelum berjalan kaki ke arah kawasan Batu Ratapan Angin. Untuk menuju Batu Ratapan Angin, Anda cukup membayar tiket masuk sebesar Rp10.000,- di pos penjagaan di kaki bukit. Dari pos penjagaan atau loket pembayaran tiket, Anda harus melewati jalan setapak berbatu. Hati-hati melewatinya karena jalannya cukup menanjak dan berdebu. Jarak dari pos menuju Batu Pandang adalah sekitar 100 meter dengan jarak tempuh sekitar 10-15 menit. Sesampai di Batu Pandang, pemandangan menakjubkan terpampang di depan mata Anda.
Bukit Sikunir
Daya tarik yang membuat wisatawan ramai mengunjungi tempat ini adalah dapat menikmati golden sunrise yang sangat indah. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati indahnya telaga cebong dari puncak gunung sikunir. Bukit sikunir ini terletak di desa tertinggi di pulau jawa, yaitu desa sembungan yang mempunyai ketinggian 2.306 mdpl. Rutenya, setelah sampai di pertigaan Dieng dari awah Wonosobo, ambil jalur ke kiri. Telusuri jalan tersebut hingga sampai ke lokasi wisata gunung sikunir. Jarak dari pertigaan hingga sampai ke bukit sikunir sekitar 6 km.
Untuk harga tiket masuk bukit sikunir adalah 10.000 rupiah untuk wisatawan domestik. Biaya lain yang harus dikeluarkan adalah biaya parkir kendaraan bermotor. Jalur pendakian ke Bukit Sikunir tergolong pendek. Dari parkiran Bukit Sikunir yang merupakan star awal pendakian ke Puncak Sikunir berjarak 1 km atau dengan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam pendakian. Penerangan yang belum memadai serta jalur pendakian menanjak dengan jurang yang cukup curam di kiri kanan mengharuskan kitamembawa penerangan. Perlu diingat waktu yang baik untuk mendaki Bukit Sikunir paling lambat pukul 03.30 dini hari agar kita bisa menyaksikan sunrise. Karena mendaki di pagi buta saat suhu udara sangat rendah, yaitu 10-15 derajat celsius, kita harus menggunakan pakaian yang tebal agar tidak membeku.
dan lain-lain...